Ketika kita telah banyak berbicara tentang syirik dan kufur,nampaknya perlu difahami apa dan bagaimana kufur itu terjadi?Seperti orang yang meminta do’a ketika ia masih hidup,karena ia orang shalih atau Nabi maka hal ini tidak dilarang.Sementara apabila meminta do’a setelah mereka yang dianggap keramat itu mati, kata Ibnu Taimiyah,maka hal itupun tidakmenjadikanya syirik,akan tetapi menjerumuskanya kedalam kemusyrikan,atau meminta do’a kepada orang yang tidak ada di hadapanya (tapi masih hidup),inipun dapat menjerumuskan kepada kemusyrikan.Atau ia seketika melihat seorang Nabi atau malaikat kemudian ia berkata do’akanlah aku inipun tidak dikatakan musyrik.Adapun ketika permohonannya ditujukan kepada orang sudah mati,maka jelaslah ia telah musyrik.
Sudah dimaklumi bahwa malaikat sesungguhnya mendo’akan orang-orang mu’min.Sebagaimana firman Alloh yang mempunyai arti:
“(Malaikat-malaikat) yang memikul ‘Arsy dan malaikat yang berada disekelilingnya bertasbih memuji Tuhannya dan mereka beriman kapada-Nya serta memintakan ampun bagi orang-orang yang beriman (seraya mengucapkan); “Ya Tuhan kami,rahmat dan ilmu Engkau meliputi segala sesuatu,maka berilah ampunan kepada orang-orang yang bertaubat dan mengikuti jalan Engkau dan peliharalah mereka dari siksaan neraka yang bernyala-nyala”. (Al-Mu’min:7)
Seorang tidak dibolehkan meminta tolong kepada seorang syeh yang sudah mati atau tidak hadir,demikian halnya kepada para Nabi ,seperti ia berkata: tuanku,tolonglah aku,selamatkanlah.Hal semacam ini,kata Ibnu Taimiyah,adalah musyrik.
Sebagian orang datang ke kuburan seorang syeh yang dipersekutukan olehnya dan suka diminta tolong,kemudian tiba-tiba turun atau datang kepadanya dari udara semacam makanan atau sebuah senjata atau yang lainnya yang ia minta.Kemudian diduga bahwa itu adalah keramat milik syehnya.Padahal,sesungguhnya ia dari syetan.Kata Ibnu Taimiyah ini adalah penyebab utama penyembahan berhala pada manusia dulu.Ibrahim as berdo’a; “Dan(ingatlah),ketika Ibrahim berkata: “Ya Tuhanku,jadikanlah negeri ini(Mekah),negeri yang aman,dan jauhkanlah aku beserta anak cucuku daripada menyembah berhala-berhala”.(Ibrahim:35).Atau seperti perkataan Nuh as,: “Ya Tuhanku,sesungguhnya berhala-berhala itu telah menyesatkan kebanyakan dari pada manusia” .(Ibrahim:36).
Dan dimaklumkan bahwa sesungguhnya batu tidaklah menyesatkan manusia,hanya saja manusianya yang sesat kepercayaan.Karena tidak seorangpun dari penyembah berhala menganggap bahwa batu atau sembahannya telah menciptakan langit dan bumi,akan tetepi mereka menjadikannya sebagai perantara semata,mereka membentuknya dengan rupa para Nabi atau orang-orang shaleh.Di antara mereka ada yang membentuknya sebagai gambaran dari rumus-rumus bintang,matahari atau bulan,sebagian yang lain membentuknya memang untuk jin atau malaikat.Yang disembah mereka sesungguhnya adalah jin atau malaikat itu,bukan patungnya.Sesungguhnya dalam waktu yang sama ia tengah menyembah syetan.
“Dan (ingatlah) hari (yang di waktu itu) Alloh mengumpulkan mereka semuanya kemudian Alloh berfirman kepada malaikat: “Apakah mereka ini dahulu menyembah kamu?”.Malaikat-malaikat itu menjawab:”Maha Suci Engkau.Engkaulah pelindung kami,bukan mereka:bahkan mereka telah menyembah jin;kebanyakan mereka beriman kepada jin itu”. (Saba’:40-41)
“Dan bahwasanya ada beberapa orang laki-laki diantara manusia meminta perlindungan kepada beberapa laki-laki diantara jin,maka jin-jin itu menambah bagi mereka dosa dan kesalahan”.(al-Jin:6),
Ayat ini berbicara tentang kebiasaan orang jahiliyah di Mekah,apabila meleati tempat sunyi mereka meminta perlindungan kepada jin atau syetan yang berkuasa ditempat itu.Tapi secara umumnya,nash ayat ini bisa disejajarkan dengan orang yang saling tolong-menolong dengan jin atau orang yang memelihara jin.
Demikian halnya dengan jampe atai azimat (non arab) yang mengandung nama-nama jin yang dijadikan do’a dan dijadikan permintaan tolong,kemudian syetan menuruti kehendaknya dengan hal itu.Bagi Ibnu Taimiyah,ini adalah termasuk jenis sihir dan syirik.