Nabi Musa A.S. adalah
seorang bayi yang dilahirkan dikalangan Bani Israil yang pada ketika itu
dikuasai oleh Raja Firaun yang bersikap kejam dan zalim. Nabi Musa bin Imron
bin Qahat bin Lawi bin Yaqub adalah beribukan Yukabad.Setelah meningkat dewasa
Nabi Musa telah beristerikan dengan puteri Nabi Syuaib yaitu Shafura.Sedangkan Raja
Firaun adalah raja yang memerintah Mesir
sekitar kelahirannya Nabi Musa,Fir’aun adalah seorang raja yang zalim, kejam
dan tidak berperikemanusiaan. Ia memerintah negaranya dengan kekerasan,
penindasan dan melakukan sesuatu dengan sewenang-wenangnya.Rakyatnya hidup
dalam ketakutan dan rasa tidak aman tentang jiwa dan harta benda mereka,
terutama Bani Israil yang menjadi hamba kekejaman, kezaliman dan bertindak
sewenang-wenangnya dari raja dan orang-orangnya.
Mereka merasa tidak
tenteram dan selalu dalam keadaan gelisah, walau pun berada dalam rumah mereka
sendiri. Mereka tidak berani mengangkat kepala bila berhadapan dengan seorang
hamba raja dan berdebar hati mereka karena ketakutan bila kedengaran suara
pegawai-pegawai kerajaan lalu lalang di sekitar rumah mereka, apalagi bunyi
kasut mrk sudah terdengar di depan pintu.Raja Firaun yang sedang mabuk kuasa
yang tidak terbatas itu, bergelimpangan dalam kenikmatan dan kesenangan duniawi
yang tiada taranya, bahkan mengumumkan dirinya sebagai tuhan yang harus
disembah oleh rakyatnya. Pada suatu hari dia telah terkejut oleh ramalan oleh
seorang ahli nujum kerajaan yang dengan tiba-tiba datang menghadap raja dan
memberitahu bahwa menurut firasatnya falaknya, seorang bayi laki-laki akan
dilahirkan dari kalangan Bani Israil yang kelak akan menjadi musuh kerajaan dan
bahkan akan membinasakannya.
Raja Firaun segera
mengeluarkan perintah agar semua bayi lelaki yang dilahirkan di dalam
lingkungan kerajaan Mesir dibunuh dan agar diadakan pengusutan yang teliti
sehingga tiada seorang pun dari bayi lelaki, tanpa terkecuali, terhindar dari
tindakan itu. Maka dilaksanakanlah perintah raja oleh para pengawal dan
tenteranya. Setiap rumah dimasuki dan diselidiki dan setiap perempuan hamil
menjadi perhatian mereka pada saat melahirkan bayinya.
Raja Firaun menjadi tenang kembali dan
merasa aman tentang kekebalan kerajaannya setelah mendengar para anggota
kerajaannya, bahwa wilayah kerajaannya telah menjadi bersih dan tidak seorang
pun dari bayi laki-laki yang masih hidup. Ia tidak mengetahui bahwa kehendak
Allah tidak dapat dibendung dan bahwa takdirnya bila sudah difirman
"Kun" pasti akan wujud dan menjadi kenyataan "Fayakun".
Tidak sesuatu kekuasaan bagaimana pun besarnya dan kekuatan bagaimana hebatnya
dapat menghalangi atau menggagalkannya.
Raja Firaun sesekali
tidak terlintas dalam fikirannya yang kejam dan zalim itu bahwa kerajaannya
yang megah, menurut apa yang telah tersirat dalam Lauhul Mahfudz, akan
ditumbangkan oleh seorang bayi yang justeru diasuh dan dibesarkan di dalam
istananya sendiri akan diwarisi kelak oleh umat Bani Israil yang dimusuhi,
dihina, ditindas dan disekat kebebasannya. Bayi asuhnya itu ialah laksana bunga
mawar yang tumbuh di antara duri-duri yang tajam atau laksana fajar yang timbul
menyingsing dari tengah kegelapan yang mencekam.
Yukabad, isteri Imron bin Qahat bin
Lawi bin Yaqub sedang duduk seorang diri di salah satu sudut rumahnya menanti
dtgnya seorang bidan yang akan memberi pertolongan kepadanya melahirkan bayi
dari dalam kandungannya itu.
Bidan datang dan lahirlah bayi yang telah dikandungnya selama sembilan bulan dalam keadaan selamat, segar dan sehat.Dengan lahirnya bayi itu, maka hilanglah rasa sakit yang luar biasa dirasai oleh setiap perempuan yang melahirkan namun setelah diketahui oleh Yukabad bahwa bayinya adalah lelaki maka ia merasa takut kembali. Ia merasa sedih dan khuatir bahwa bayinya yang sangat disayangi itu akan dibunuh oleh orang-orang Firaun. Ia mengharapkan agar bidan itu merahsiakan kelahiran bayi itu dari sesiapa pun. Bidan yang merasa simpati terhadap bayi yang lucu dan bagus itu serta merasa betapa sedih hati seorang ibu yang akan kehilangan bayi yang baru dilahirkan memberi kesanggupan dan berjanji akan merahsiakan kelahiran bayi itu.
Bidan datang dan lahirlah bayi yang telah dikandungnya selama sembilan bulan dalam keadaan selamat, segar dan sehat.Dengan lahirnya bayi itu, maka hilanglah rasa sakit yang luar biasa dirasai oleh setiap perempuan yang melahirkan namun setelah diketahui oleh Yukabad bahwa bayinya adalah lelaki maka ia merasa takut kembali. Ia merasa sedih dan khuatir bahwa bayinya yang sangat disayangi itu akan dibunuh oleh orang-orang Firaun. Ia mengharapkan agar bidan itu merahsiakan kelahiran bayi itu dari sesiapa pun. Bidan yang merasa simpati terhadap bayi yang lucu dan bagus itu serta merasa betapa sedih hati seorang ibu yang akan kehilangan bayi yang baru dilahirkan memberi kesanggupan dan berjanji akan merahsiakan kelahiran bayi itu.
Setelah bayi mencapai
tiga bulan, Yukabad tidak merasa tenang dan selalu berada dalam keadaan cemas dan
khuatir terhadap keselamatan bayinya. Allah memberi ilham kepadanya agar
menyembunyikan bayinya di dalam sebuah peti yang tertutup rapat, kemudian
membiarkan peti yang berisi bayinya itu terapung di atas sungai Nil. Yukabad
tidak boleh bersedih dan cemas kepada keselamatan bayinya karena Allah menjamin
akan mengembalikan bayi itu kepadanya bahkan akan mengutuskannya sebagai salah
seorang rasul.
Dengan bertawakkal
kepada Allah dan kepercayaan penuh terhadap jaminan Illahi, maka dilepaskannya
peti bayi oleh Yukabad, setelah ditutup rapat dan dicat dengan warna hitam,
terapung dipermukaan air sungai Nil. Kakak Musa diperintahkan oleh ibunya untuk
mengawasi dan mengikuti peti rahsia itu agar diketahui di mana ia berlabuh dan
ditangan siapa akan jatuh peti yang mengandungi erti yang sangat besar bagi
perjalanan sejarah umat manusia.
Alangkah cemasnya hati kakak Musa, ketika melihat dari jauh bahwa peti yang diawasi itu, dijumpai oleh puteri raja yang kebetulan berada di tepi sungai Nil bersantai bersama beberapa dayangnya dan dibawanya masuk ke dalam istana dan diserahkan kepada ibunya, isteri Firaun. Yukabad yang segera diberitahu oleh anak perempuannya tentang nasib peti itu, menjadi kosonglah hatinya karena sedih dan cepat serta hampir saja membuka rahsia peti itu, andai kata Allah tidak meneguhkan hatinya dan menguatkan hatinya kepada jaminan Allah yang telah diberikan kepadanya.
Alangkah cemasnya hati kakak Musa, ketika melihat dari jauh bahwa peti yang diawasi itu, dijumpai oleh puteri raja yang kebetulan berada di tepi sungai Nil bersantai bersama beberapa dayangnya dan dibawanya masuk ke dalam istana dan diserahkan kepada ibunya, isteri Firaun. Yukabad yang segera diberitahu oleh anak perempuannya tentang nasib peti itu, menjadi kosonglah hatinya karena sedih dan cepat serta hampir saja membuka rahsia peti itu, andai kata Allah tidak meneguhkan hatinya dan menguatkan hatinya kepada jaminan Allah yang telah diberikan kepadanya.
Raja Firaun ketika
diberitahu oleh Aisah, isterinya, tentang bayi laki-laki yang ditemui di dalam
peti yang terapung di atas permukaan sungai Nil, segera memerintahkan membunuh
bayi itu seraya berkata kepada isterinya: "Aku khawatir bahwa inilah bayi
yang diramalkan, yang akan menjadi musuh dan penyebab kesedihan kami dan akan
membinasakan kerajaan kami yang besar ini." Akan tetapi isteri Firaun yang
sudah terlanjur menaruh simpati dan sayang terhadap bayi yang lucu dan manis
itu, berkata kepada suaminya: "Janganlah bayi yang tidak berdosa ini
dibunuh. Aku sayang kepadanya dan lebih baik kami ambil dia sebagai anak,
kalau-kalau kelak ia akan berguna dan bermanfaat bagi kami. Hatiku sangat
tertarik kepadanya dan ia akan menjadi kesayanganku dan kesayangmu".
Demikianlah jika Allah Yang Maha Kuasa menghendaki sesuatu maka dilicinkanlah
jalan bagi terlaksananya takdir itu. Dan selamatlah nyawa putera Yukabad yang
telah ditakdirkan oleh Allah untuk menjadi rasul-Nya, menyampaikan amanat
wahyu-Nya kepada hamba-hamba-Nya yang sudah sesat.
Nama Musa yang telah
diberikan kepada bayi itu oleh keluarga Firaun, berarti air dan pohon {Mu=air ,
Sa=pohon} sesuai dengan tempat ditemukannya peti bayi itu.Didatangkanlah
kemudian ke istana beberapa inang untuk menjadi ibu susuan Musa.Akan tetapi
setiap inang yang mencoba dan memberi air susunya ditolak oleh bayi yang enggan
menyedut dari setiap tetek yang diletakkan ke bibirnya.Dalam keadaan isteri
Firaun lagi bingung memikirkan bayi pungutnya yang enggan menetek dari sekian
banyak inang yang didatangkan ke istana, datanglah kakak Musa menawarkan
seorang inang lain yang mungkin diterima oleh bayi itu.Atas pertanyaan keluarga
Firaun, kalau-kalau ia mengenal keluarga bayi itu,berkatalah kakak Musa:
"Aku tidak mengenal siapakah keluarga dan ibu bayi ini. Hanya aku ingin
menunjukkan satu keluarga yang baik dan selalu rajin mengasuh anak, kalau-kalau
bayi itu dpt menerima air susu ibu keluarga itu".Anjuran kakak Musa
diterima oleh isteri Firaun dan seketika itu jugalah dijemput ibu kandung Musa
sebagai inang bayaran. Maka begitu bibir sang bayi menyentuh tetek ibunya,
disedutlah air susu ibu kandungnya itu dengan sgt lahapnya. Kemudian diserahkan
Musa kepada Yukabad ibunya, untuk diasuh selama masa menetek dengan imbalan
upah yang besar. Maka dengan demikian terlaksanalah janji Allah kepada Yukabad
bahwa ia akan menerima kembali puteranya itu.